Pilgub Sulsel, 4 Lembaga Survei Terbaik Nasional Unggulkan Prof Andalan
By Admin
debat Pilgub Sulsel 2018 (foto: Ist)
nusakini.com - MAKASSAR - Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel) 2018 yang tersisa sekitar sebulan lagi, kontestasi para kandidat peserta Pilgub Sulsel semakin terlihat menajam. Adu strategi, taktik dan pergerakan tim pemenangan terlihat eksposif untuk meraih dukungan dan simpati para pemilih.
Adapun rilis survei terbaru yang dikeluarkan lembaga survei Indikator pimpinan Profesor Burhanuddin Muhtadi masih menempatkan Prof Andalan dalam puncak survei dengan hasil survei Pilgub Sulsel 2018 mendatang. Hasil survei yang dirilis Indikator adalah Prof Andalan menempati urutan teratas yakni 27 persen. Urutan kedua NH-Aziz dengan 22 persen sedangkan IYL-Cakka serta AAN-TBL masing-masing memperoleh 21 persen dan 5 persen.
Yang penting dicatat bahwa Lembaga survei Indikator merupakan lembaga survei yang dikenal sebagai lembaga survei independen dan tak terkait dengan salah satu kandidat peserta pada Pilgub Sulsel kali ini.
Hal ini diperkuat oleh Prof. Hamdi Muluk, pengajar pasca sarjana dan Ketua Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) yang mengatakan lembaga survei ini memang dikenal sebagai lembaga kredibel, independen serta sangat ketat dalam hal metodeloginya, selain lembaga survei Indikator, juga lembaga survei Indo Barometer dan Populi Center.
“Ini karena lembaga-lembaga tersebut sangat ditunjang oleh infrastruktur, sumberdaya manusia (SDM) serta kode etik kelembagaan yang kuat dan profesional serta mampu mempertanggungjawabkan hasil kerjanya”, ujarnya, di Jakarta, Selasa (15/5/2018)
Sementara itu, Pegamat Politik dan Kebijakan Publik, Muh. Saifullah mengatakan fenomena ‘electoral college’ dalam era modern memang tak lagi terlepas dari hasil survei yang menjadi basis setiap tim pemenangan dalam menyusun langkah strategis pemenangan.
“Ini merupakan bagian yang tak lagi terpisahkan dalam setiap ajang pemilihan umum yang telah diterapkan di dunia internasional,” ujar peneliti dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik ini.
Dengan demikian, kata Saifullah, masyarakat juga perlu mencermati setiap hasil survei yang ada karena walaupun dirancang dengan sebuah metode ilmiah yang ketat, hasil sebuah survei adalah sebuah data yang memang harus dicerna dan dibaca dengan baik.
“Bias data, konsistensi survei dan margin error adalah bagian yang banyak dimanipulasi dalam setiap hasil survei. Ini yang mewajibkan masyarakat perlu hati-hati dan cerdas membaca setiap rilis survei dan lembaga surveinya,” ucapnya.
Satu hal yang harus menjadi rujukan masyarakat dalam membaca rilis survei, imbuh Saifullah, adalah konsistensi hasil karena bagaimanapun, fluktuasi suara dalam dalam jenjang waktu tertentu tidak akan melonjak drastis dan juga harus melihat perkembangan tren peningkatan atau penurunan suara. Dan yang terpenting adalah apakah lembaga tersebut kredibel dan profesional.
“Setiap rilis survei, walaupun dikeluarkan oleh beberapa lembaga survei berbeda, kita harus melihatnya dalam sebuah tren dan kekonsistenan. Misalnya ada kandidat yang dalam survei-survei sebelumnya hanya menduduki peringkat 3 atau 4, tiba-tiba melonjak menjadi urutan 1 dengan lonjakan suara sangat drastis, maka dalam tradisi survei hal ini agak tidak masuk akal. Apalagi bila dalam survei sebelumnya sang kandidat tercatat mengalami penurunan suara”, tandasnya.
Menurut Saifullah, rilis survei dalam Pilgub Sulsel oleh beberapa lembaga survei telah dilakukan. Rujukan ilmiahnya adalah konsistensi hasil survei, dan hasilnya sepanjang rentang hasil survei yang dirilis hanya kandidat Prof Andalan yang tercatat memiliki hasil survei yang konsisten yang berasal dari lembaga survei berbeda dan dikenal kredibel.
“Ini yang harus menjadi rujukan masyarakat. Karena dalam metode survei, fluktuasi pergerakan suara dan tren suara tidak akan bergeser besar, katanya.
Prof Hamdi Muluk juga menambahkan dalam survei, tren perubahan suara tidak akan melonjak drastis. Khususnya, dalam Pilgub yang tersisa hanya 1 bulan ini, menurut Prof Hamdi, pergeseran suara yang bisa terjadi hanya kurang lebih hanya sekitar 1 persen saja.
“Walaupun terjadi sebuah perubahan besar dalam peta eklektabilitas, itu hanya berubah maksimal sekitar 1,5 persen saja. Jadi angka yang bermain dalam survei ya itu tadi 1 persen hingga 1,5 persen saja”, pungkasnya.
Berikut ini hasil survei 4 lembaga survei yang kredibel dan bergengsi nasional yang dirilis dalam rentang waktu tertentu. Hasilnya Pof Andalan menempati peringkat tertinggi dibanding kandidat lain dengan konsistensi dan tren yang tidak sedemikian drastis.
1. Lembaga Survei Indikator
Lembaga survei Indikator pimpinan Profesor Burhanuddin Muhtadi baru-baru ini merilis hasil survei Pilgub Sulsel. Hasilnya adalah Prof Andalan menempati urutan teratas yakni 27 persen. Urutan kedua NH-Aziz dengan 22 persen sedangkan IYL-Cakka serta AAN-TBL masing-masing memperoleh 21 persen dan 5 persen.
Demikian juga dalam survei Top of Mind yang menempatkan Prof Nurdin Abdullah sebesar 17, 4 persen dan di susul NH-Aziz 10,5 persen. IYL 7,7 persen dan Agus Arifin Nu’man 2,2 persen.
2. Lembaga Survei Indo Barometer
Hasil survei Indo Barometer dengan Direktur Eksekutif Mohammad Qodari menunjukkan pasangan berjuluk Prof Andalan menempati posisi teratas, dengan perolehan elektabilitas 26,1 persen. Disusul pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) menempati posisi kedua, dengan angka 16,3 persen.
Sementara, pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) meraup 15,9 persen dan di posisi buncit, pasangan Agus Arifin Nu'mang-Tanribali Lamo (Agus-TBL) dengan elektabilitas 5,4 persen.
Sebanyak 14,5 persen responden yang tidak menjawab (tidak memiliki pilihan). 20,1 persen responden yang belum memutuskan dan 1,8 persen responden yang masih merahasiakan pilihannya.
3. Lembaga Survei Populi Center
Jelang pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan 2018, elektabilitas pasangan Prof. Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) kembali melonjak tak terbendung naik hingga 6 persen dibanding dengan hasil survei Pilgub terakhir yang pernah dilakukan Indo Barometer beberapa waktu lalu yakni 26,1 persen.
Lonjakan elektabilitas ini ditunjukkan dari survei Populi Center yang merilis hasilnya di Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Dalam diskusi media media yang bertajuk "Peta Elektabilitas Kandidat di Pilgub Sulsel", di kantor Populi Certer, menunjukkan pasangan Prof. Andalan memperoleh angka 32 persen yang disusul pasangan IYL- Cakka dengan perolehan angka 20,3 persen.
Di urutan ketiga pasangan NH-Azis memperoleh 17,0 persen dan di nomor buncit bertengger pasangan AAN-TBL dengan angka 10, 9 persen. Adapun responden yang tidak menjawab atau belum tahu berjumlah 19,9 persen.
Menurut Populi Center, survei ini menjelaskan tingkat kemantapan pemilih di Sulsel sangat tinggi yakni 52,8 persen. Ini mengindikasikan tingkat kecerdasan pemilih Sulsel sudah tinggi dan mampu menentukan pilihannya berdasarkan track record para kandidat.
Survei ini dilakukan di 80 desa/kelurahan se Sulsel dengan metode multi tage random sampling. Dilaksanakan dengan model wawancara tatap muka pada 800 responden dengan margin error 3,39 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
4. Laboratorium Psikologi Politik (LPP) Universitas Indonesia
Bakal Calon Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah sebagai kandidat terbaik dari kandidat lainnya di Sulawesi Selatan dalam rilis survei Laboratorium Psikologi Politik Univeritas Indonesi (LPP UI) untuk opinion leader atau opini pakar.
Informasi ini disampaikan Kepala Pusat LPP UI, Prof Hamdi Muluk, (16/10/2017).
"Dari keseluruhan aspek, hasil survei ini menunjukkan bahwa Nurdin Abdullah, secara konsisten memimpin dari semua calon yang dinilai," ungkap Hamdi.
Menurut Hamdi, survei ini menilai dua dimensi terpenting yang harus dimiliki oleh pemimpin politik, yaitu kapabilitas dan karakter personal yang terbagi menjadi integritas moral dan tempramen.
Dari hasil survei sebutnya mengklaim, bahwa Nurdin Abdullah memimpin hampir di semua aspek baik dari segi kapabilitas sebagai pemimpin maupun karakter personal (tempramen dan integritas moral).
"Kami ingin publik dan parpol lebih memahami kualitas pemimpin yang akan dipilihnya nanti, supaya tidak seperti beli kucing dalam karung. Jangan sampai hanya terpaku pada popularitas dan elektabilitas," katanya.
Sementara itu, dalam simulasi terbuka tanpa memberikan nama tokoh, Nurdin Abdulah menjadi Top of Mind para pakar dengan elektabilitas 62,9 persen, disusul Nurdin Halid dengan 9,1 persen dan Agus Arifin Numang 9,1 persen. * (p/ma)